Kamis, 26 Oktober 2017

CB Agama

Class : LA02
Dosen Pembimbing :  Dalmeri

CB Agama
Anggota Kelompok :
1. Randy Rachmadi - 2001580164
2. Hafiz Ramadhani - 2001550571
3. Peter Pranata - 2001557161
4. Bellatasya - 2001560055

RENCANA KEGIATAN


Kegiatan ini direncakanan untuk menelusuri pandangan tokoh umat beragama tentang sebuah kepercayaan yang dianut masing-masing agama beserta pendapat mereka tentang keberagaman agama yang ada di Indonesia.

Kami melakukan penelusuran terlebih dahulu terhadap umat agama dan pemimpin agama yang ada di daerah sekitar kami. Kemudian kami membuat janji dengan salah satu tokoh agama untuk melakukan sebuah wawancara di waktu dan tempat yang telah di bicarakan. Setalah itu kami akan membuat laporan kegiatan dari hasil wawancara kami kali ini.


PROPOSAL KEGIATAN


















SURVEY LOKASI


Kami melakukan survey kegiatan pada tanggal 25 oktober 2017 tepatnya hari rabu untuk mencari tempat-tempat ibadah yang akan kunjungi untuk mewawancarai salah satu tokoh agama yang ada di tempat ibadah tersebut.

Pertama, kami mengunjungi sebuah gereja yang bernama "Gereja Maria Bunda Karmel" yang ada di Kebon Jeruk. Gereja ini merupakan gereja tempat orang katolik beribadah. Disini kami melakukan survey untuk mewawancarai salah satu tokoh agama katolik atau yang kita kenal Romo / Pastor.

Kedua, Kami mengunjungi sebuah gereja di kawasan Balai Sarbini yaitu "Gereja IFGF". Gereja ini merupakan tempat orang protestan beribadah. Disini kami melakukan survey untuk mewawancari salah satu tokoh agama protestan atau dengan kata lain Pendeta.

Ketiga, Kami mengunjungi sebuah vihara di kawasan Jendral Sudirman yang bernama "Vihara Avurma Bhumi". Vhiara ini merupakan tembat ibadah orang budha. Disini kami melakukan survey untuk mewawancarai salah satu tokoh agama budha yaitu Bikkhu

Terakhir, Kami mengunjungi sebuah masjid di kawasan Jendral Sudirman yang bernama "Masjid Jendral Sudirman". Disini kami melakukan survey untuk mewawancarai salah satu tokoh agama islam yaitu Ustad.

Setelah kami mengunjungi tempat-tempat ibadah tersebut dan melakukan janji dengan para tokoh agama, kami kembali pulang dan mempersiapkan laporan dan pertanyaan yang dibutuhkan dalam pertemuan berikutnya.


DOKUMENTASI

















LAPORAN KEGIATAN


1. Wawancara Ke-1

Minggu, 29 - Oktober - 2017

Pada hari ini, tepatnya pukul 10.30 WIB, kami pergi ke salah satu gereja katolik yang ada di daerah jakarta barat yaitu Gereja Maria Bunda Karmel. Kami bertujuan untuk menemui Pastor/Romo yang sedang bertugas di gereja tersebut. Setelah ibadah kaum katolik selesai tepat pukul 10.20 WIB, kami menemui Romo, ia bernama Andreas Yudhiyadi dan kami langsung meminta izin untuk mewawancarai beliau. 

Beliau menanggapi kami dengan sangat ramah dan sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami berikan tentang agama.


Berikut percakapan kami dengan Romo:


Kami : Agama itu secara garis besarnya apa sih? selain daripada agama yang kita tahu, melainkan agama secara hakikatnya?

Romo : Agama sebagai hakikatnya dulu itu adalah suatu kepercayaan. Ketika banyak orang bersekutu atau berkelompok menjadi satu kesatuan yang percaya kepada tuhan, maka disitulah kita dapat memahami apa arti agama yang sebenarnya.

Kami : baik, pak. Pertanyaan berikutnya, di Indonesia ini seperti yang kita tahu ada 6 agama yang sah (islam, kristen, katolik, hindu, budha, konghucu). apakah ini dinamakan terpecahnya keyakinan?

Romo : Pengertiannya bukan terpecah-pecah, tetapi pengertiannya adalah setiap agama mempunyai keyakinan masing-masing terhadap Allah. Karena dalam keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki setiap agama sebenarnya intinya percaya kepada Allah sang pencipta, dengan caranya sendiri dan dengan imannya sendiri.

Kami : baik, pak. Pertanyaan terakhir kami, bagaimana kami (kaum pemuda) meningkatkan jiwa toleransi antar agama?

Romo : Pertama, kita sebagai seorang pemuda merupakan aset bagi negara maupun bagi agama kita. Maka kita harus mempunyai sikap, pola pikir, dan juga tindakan yang tepat dan benar. Di setiap tindakan yang kita lakukan harus berlandaskan keterbukaan akan kebenaran dan kebaikan. Yang kedua adalah kita sebagai pemuda harus berani berkomunikasi dan berdialog sehingga kita saling mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Kalau hal ini sudah tertanam di dalam diri pemuda, saya yakin Indonesia sudah menjadi negeri yang damai sejahtera.

Kami : baik pak. Terima kasih banyak atas waktu yang bapak berikan kepada kami. Semoga kami dapat memahami dengan baik apa arti agama yang sebenarnya dan dapat menanamkan jiwa toleransi antar agama.

Sekain terima kasih.


Kesan & Pesan:

Wawancara yang kami lakukan pertama kali ini direspon dengan sangat positif oleh Pastor Andreas. Beliau sangat fasih menjelaskan tentang agama dan kerukunan agama yang ada di Indonesia. Sikap toleransi beliau pun sangat baik terhadap keberagaman agama yang ada disekitar kita. 







2. Wawancara Ke-2

Minggu, 5 – November – 2017

Pada hari ini pukul 11.00, kami pergi ke gereja Kristen dengan nama Gereja IFGF. Kami bertujuan untuk menemui pendeta yang berada di gereja tersebut. Setelah ibadah selesai pukul 12.00, kami menemui pendeta bernama Anton Fadil dan kami langsung meminta izin mewawancarai beliau.

Beliau menanggapi kami dengan ramah dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan semangat.

Berikut percakapan kami dengan pendeta:


Kami: Kami ingin menanyakan pada dasarnya menurut bapak, agama itu apa?

Pendeta: Agama itu pada umumnya sesuatu yang bersifat kepercayaan atau pemikiran dan bersifat seperti satu koneksi antara ciptaan dengan penciptanya. Walaupun caranya beda-beda, secara garis besar tujuannya tetap sama.

Kami: Bagaimana pendapat bapak tentang pluralisme di Indonesia?

Pendeta: Menurut saya, pluralisme di negara Indonesia tidak bermasalah. Yang penting adalah bagaimana kita harus menanggapi perbedaan dalam agama lain.

Kami: Lalu menurut bapak, radikalisme dan toleransi itu apa?

Pendeta: Radikalisme itu terjadi ketika seseorang memaksakan agamanya kepada orang lain.  Misalnya saya punya suatu kepercayaan, ketika saya memaksakan itu, jadi seperti excellence dan perfeksionis. Perfeksionis bersifat memaksakan seseorang untuk perfect, sementara excellence lebih menerima ketidaksempurnaan. Ada pendapat bahwa antara toleransi dengan tidak punya pendirian memang mirip-mirip, tapi tidak sama.  Kalau tidak punya pendirian artinya menerima segala hal apa adanya. Kalau toleransi melihat adanya perbedaan seperti dalam hal ini tidak semua beragama sama, dan kita mengerti satu sama lain. Itu, menurut saya, toleransi yang sebenarnya

Kami: Baik, pak. Terima kasih banyak atas jawaban yang bapak berikan kepada kami. Semoga dengan ini kami dapat lebih menumbuhkan jiwa toleransi kami.

Sekian terima kasih.



Kesan & pesan:Wawancara kedua kami ini direspon dengan baik oleh Bapak Anton. Beliau menjelaskan pandangan beliau tentang agama dan toleransi agama di Indonesia dengan baik. Beliau juga memberikan jawaban yang dilengkapi dengan beberapa contoh sehingga mudah dimengerti. Selain itu, sikap toleransi beliau juga sangat baik.





3. Wawancara Ke-3

Selasa, 7 – November – 2017

Pada hari selasa ini, pukul 10:00, kami berkumpul di Vihara Avurma Bhumi untuk bertemu seorang bikkhu. Bikkhu yang akan kami temui bernama Deddi. Kami menunggunya selama sekitar 15 menit agar beliau dapat menyelesaikan tugasnya. Setelah bertemu dengannya, beliau mengundang kita untuk masuk agar dapat memulai wawancara.
Berikut adalah percakapan hasil wawancara yang kami lakukan:


Kami: Agama secara garis besar itu apa?

Pemimpin agama: Agama adalah sebuah ajaran, yang dibentuk oleh manusia, menurut saya dulu agama pun tidak disebut sebagai agama, pada saat itu hanya disebut sebgai sebuah ajaran kebenaran, dan agama adalah sesuatu yang dibuat manusia, dan yang membedakan hanyalah tokoh- tokoh yang menyebarkan.
Kami: Menurut anda, bagaimana keadaan kerukunan di Indonesia sekarang?

Pemimpin agama: Menurut saya baik, tidak ada agama yang mengajarkan keburukan dan kejahatan, setiap agama mengajarkan perdamaian. tetapi terkadang oknum/pemuka agama yang fanatik dapat mengurangi kredibilitas agama tersebut dan menurut saya toleransi beragama di indonesia in sangat bagus dan sudah dikenal dunia, walau terkadang berberapa oknum menggunakanya untu berpolitiksasi

Kami: Apa pernah ada halangan beragama di Indonesia dari pemerintah?

Pemimpin agama: Iya, saat zaman orde baru, tetapi setelah perubahan rezim orde baru dan pencabutan undang-undang yang melarang adanya kebudayaan cina di Indonesia, sejak dari itu kita bebas.

Kami: Menurut anda fanatisme itu apa?

Pemimpin agama: Menurut saya itu fanatisme adalah pandangan yang cendrung agak berlebihan, lebay, dan egois; karena jika orang fanatic berpikiran sesuatu itu benar semua orang disekitarnya harus berpikir itu benar juga walau itu belum tentu benar atau orang orang masih belum setuju. memaksakan kehendak. dan radikalisme adalah sesuatu yang sudah berbau kekerasan sedangkan rasa tidak ada agama yang mengajarkan hal itu.

Kami: Lalu menurut anda cara kita supaya memiliki jiwa tolerasi yang tinggi bagaimana?

Pemimpin agama: Saling menghargai satu sama lain, saling menghormati. jika tidak saling menghormati perdamaian tidak akan tertimbulkan.  Karena di agama budha ada ajaran hukum karma, hukum sebab akibat, jika ingin di hormati orang kita harus juga menghormati orang lain.

Kami: Apa ada pendapat lain?

Pemimpin agama: Menurut kami sekalian, yang terpenting adalah jangan fanatik, semua hal yang berlebihan tidak bagus, seperti makan kalau berlebihan nanti seperti saya (tertawa). kalau minum, coba sedikit tidak apa, hanya jangan langsung minum satu botol. jangan memkasakan kehendak, jangan ikut berpolitik (sebagai agama), boleh dengar masukan dari bante, sumbu (Pemimpin agama), tapi harus dicerna, karena mereka juga manusia dan punya dosa dan masih berbau salah. Jadi kita jangan didoktrin.

Sekian terima kasih.



Pesan dan Kesan:

Kami dapat banyak pelajaran darinya. Salah satunya adalah agar kita tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu, maupun itu makan atau minum, karena sesuatu yang berlebihan dapat menjadi tidak baik untuk kita. Kita juga diajarkan bahwa kita harus saling menghargai dan menghormati. Jika kita ingin dihormati, maka kita harus menghormati orang tersebut juga. Ada juga pesan bahwa kita jangan sampai menjadi fanatik apalagi radikal agar kita tidak menjatuhkan kredibilitas agama tersebut. Akhirnya, kita dapat simpulkan bahwa cara penyampaian beliau sangat baik dengan mencantumkan sedikit gurauan dalam contohnya agar kami dapat mencernanya dengan lebih baik.





4. Wawancara Ke-4

Rabu, 8 – November – 2017

Hari ini, pada pukul 11.30, kami berkumpul di depan masjid yang bernama Masjid Jendral Sudirman. Tujuan kami pada saat itu adalah untuk bertemu dengan seorang ustad yang bernama Imam Fauzi. Setelah selesai beribadah pada pukul 12.00, kami kemudian bertemu dengannya untuk melakukan wawancara dengannya tentang keagamaan terutama di Indonesia.

Berikut adalah percakapan yang kami lakukan dengannya:


Kami: Menurut bapak, keagamaan secara garis besar itu apa?

Ustad: Agama itu diambil dari kata sansekerta yang diartikan “A” sebagai tidak dan “gama” sebagai rusak jadi agama itu adalah sebagai perangkat hidup manusia agar manusia tidak rusak. Tuhan-lah yang mengatur agar manusia tidak merusak orang lain maupun diri sendiri. Dalam agama islam, tidak dikenal yang namanya agama namun mengenal dengan istilah din yang artinya kontrak atau perjanjian. Dalam pandangan islam, semua makhluk hidup yang sudah ada di rahim seorang wanita itu sudah dianggap sebagai islam, meskipun itu adalah hewan. Semua makhluk hidup ini patuh dengan Allah swt. Jika ada yang bertentangan dengan peraturan Allah maka akan ada terjadinya kerusakan.

Kami: Kalau kerukunan di Indonesia ini ada banyak, ada 6 yang resmi. Menurut bapak, kerukunan yang ada di Indonesia itu sudah baik atau belum?

Ustad: Secara umum sudah baik. Kita semua saling menghormati, menyayangi, dan berbudi. Contohnya di depan rumah saya itu tinggal keluarga Chinese dan jika mereka merayakan imlek, mereka memberi hadiah kepada kita dan begitu pula saat kami merayakan lebaran juga memberi hadiah kepada mereka. Ada salah seorang anaknya yang menikan dengan orang muslim dan kemudian dia ikut menjadi muslim, tidak ada masalah. Masalahnya muncul bukan karena perbedaan agama, namun perbedaan politik. Hal ini memicu konflik antara agama dan suku. Jadi bukan munculnya masalah itu bukan dari perbedaan agama, namun pada saat adanya perbedaan sosial.

Kami: Kalau tentang tindakan fanatisme dan radikalisme, bagaimana bisa ada tindakan tersebut?

Ustad: Kalau fanatik secara bahasa tidak ada masalah, namun secara istilah ini tergantung dengan siapa yang mengartikan kata tersebut. Kata fanatik secara bahasa itu artinya orang tersebut sangat suka terhadap sesuatu dan hal ini sesuatu yang wajar. Namun jangan sampai fanatisme ini merusak. Kalau ada orang yang fanatik terhadap agama itu bagus, yang penting dia tidak merusak dan dia tidak berpikir bahwa karena dia itu fanatik terhadap agama tersebut membolehkannya untuk melukai orang lain atau menganggap mereka sub-human atau setengah manusia. Jadi, secara bahasa fanatisme itu tidak ada masalah karena dia menyukai hal itu dibanding dengan yang lain, itu hanya masalah preferensi orang. Jika orang tersebut menganggap dirinya lebih karena dia sangat suka dengan agama tersebut, maka itu menjadi tidak baik. Kalau orang yang radikal, radikal itu artinya mengakar. Dalam hal ini artinya mengakar dalam keyakinannya dan itu tidak apa – apa. Namun saat orang yang radikal itu merusak maka itu tidak bagus. Jadi menurut sudut pandang saya, fanatisme dan radikalisme itu tidak masalah. Yang bermasalah itu hanya orang yang tidak paham atau wawasannya kecil.

Kami: Misalnya kami mempunyai kerabat yang fanatiknya bersifat buruk bagi dirinya sendiri, apa yang harus kami lakukan?

Ustad: Paling baik adalah dibawa ke tokoh agama. Jika sudah merusak menurut pidana maka harus dibawa ke kantor polisi. Jadi strategi untuk menanggapi radikalisasi, yang salah satunya adalah napi teroris, mereka didatangi oleh tokoh ahli agama agar bisa diajak berbicara dan dari situ bisa dibongkar pemahaman apa yang membuatnya menjadi merusak dan bisa dibicarakan agar pemahamannnya diperbaiki.

Kami: Terima kasih pak Fauzi atas waktunya dan jawabannya. Semoga bisa menjadi manfaat bagi kita semua


Sekian terima kasih


Kesan dan Pesan:

Wawancara kami dengan pak Fauzi ditanggapi dengan baik dan beliau menjelaskannya menggunakan contoh – contoh yang baik. Beliau juga sangat ramah dan dari percakapan kami tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa agama secara general tujuannya adalah agar manusia tidak merusak diri sendiri maupun orang lain. Beliau juga menjelaskan bahwa sikap fanatisme dan radikalisme itu baik dalam tahap tertentu, asalkan orang yang fanatik atau radikal tersebut tidak bersifat merusak.






~Terima Kasih~